BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfilsafat kerap dianggap kegiatan
yang hanya dilakukan oleh para arif bijaksana. Olah pikir hamper selalu
dihubungkan dengan para cendikiawan, kaum terpelajar dan mereka yang mempunyai
waktu luang. Orang awam atau kebanyakan masyarakat seolah-olah tidak
berfilsafat, mereka dianggap kurang berfikir.
Hal tersebut bisa dimaklumi, terutama
jika diungkit asal-usul dan sejarah filsafat. Pada zaman Yunani kuno, kegiatan
berfilsafat memang hanya dilakukan oleh kaum elite tertentu. Para ahli pikir
(filsuf) saat itu menggunakan seluruh daya dan kemampuannyauntuk menerangkan
berbagai fenomena. Mereka heran akan gejala alam. Mereka bertanya-tanya
mengenai asal-usul segala sesuatu. Mereka juga menggugat apa yang mereka anggap
oleh umu sebagai hakekat. Mereka juga merenungkan segala peristiwa lalu mencari
tali-temali dan menyimpulkannya.
Untuk berfilsafat mereka dapat
berpikir bebas dalam alam filsafat itu, bukanlah berpikir sesuka hati mereka,
membabi buta dan tanpa aturan melainkan bebas terikat. Seorang agamawan yang
berfikir dengan sedalam-dalamnya tanpa sesuatu maksud selain mencari yang haq
dan kebenaran yang selalu mengindahkan disiplin dan hukum-hukum berpikir, akan
sampailah kepada kebenaran itu dan tindakan menyesatkan.
Berangkat dari latar belakang diatas,
maka kami akan mencoba untuk membahas topik yang kami tulis dalam sebuah
makalah yang berjudul “FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA”.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Definisi Filsafat?
2.
Bagaimana
Pengertian Ilmu?
3.
Bagaimana
Definisi dari Agama?
4.
Bagaimana
Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan Agama?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Istilah “filsafat” dalam bahasa
Indonesia memiliki padanan kata falsafah
(Arab), philosophy (Inggris), Philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda, Perancis).
Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia. Istilah Yunani philen berarti “mencintai”, sedangkan
philos berarti “teman”. Selanjutnya istilah sophos berarti “bijaksana”,
sedangkan Sophia berarti “kebijaksanaan”.
Menurut sejarah, Pythagoras (572-497
SM) adalah orang yang pertama kali memakai kata philosophia. Beliau
mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi tiga tipe : mereka yang
mencintai kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan dan mereka yang mencintai
kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan
menuju keselamatan dalam hal keagamaan. Shopia mengandung arti yang lebih luas
daripada kebijaksanaan, yaitu : 1). Kerajinan, 2). Kebenaran pertama, 3).
Pengetahuan yang luas, 4). Kebajikan intelektual, 5). Pertimbangan yang sehat,
6). Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis,. Dengan demikian asal
mula kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah mencari keutamaan
mental (the pursuit of mental exelence).
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan
dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang
konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan tidak dengan sudut pandang
yang khusus sebagaimana yang dilakukan oleh para ilmuan.
B. Pengertian Ilmu
Kata ilmu merupakan terjemahan dari
kata dalam bahasa Inggris; Science. Kata science ini berasal dari kata Lati
Scientia yang berarti pengetahuan. Kata scientia berasal dari bentuk kata scire
yang berarti mempelajari, mengetahui. Jadi pengertian ilmu yang terdapat dalam
kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara sistematis menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
The Lian Gie (1987) memberikan
pengertian ilmu dalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan
suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional mengenai dunia ini
dalam berbagai segi dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan
berbagai gejala-gejala yang ingin dimengerti manusia.
Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang melalui
pelaksanaannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman tentang
alam yang senantiasa lebih cermat dan meningkat.
Ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang
merupakan hasil berpikir manusia. Hasil yang berupa pengetahuan inilah yang
menjadi cirri kedua dari ilmu, yaitu sebagai produk.
Kedua cirri dasar ilmu, yaitu wujud aktivitas manusia dan
hasil aktivitas tersebut, meruapakan sisi yang tidak terpisahkan dari cirri
ketiga yang diliki oleh ilmu, yaitu metode.
C. Pengertian Agama
Para pemikir barat tidak sepakat
dalam memberikan definisi agama, masing-masing menyifatkan agama dari pandang
yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan kefahaman mereka terhadap agama dangkal
dan tidak adil menurut islam. Dalam Encyclopedia of Philosophy, para filsuf
memberikan definisi masing-masing, ada yang mengatakan agama itu tidak lebih
daripada konsep morality (akhlaq), ada juga yang mengatakan agama itu sesuatu
yang menyentuh hal-hal ruhaniyah (spiritual) dan ada pila yang mendefinisikan
agama dengan ritual atau upacara penyembahan.
Menurut pandangan islam, yang sangat
berbeda dengan persepsi barat, agama adalah cara hidup, cara berpikir,
berideologi dan bertindak. Agama berperan dalam membentuk pribadi insan kamil,
disamping itu juga membentuk masyarakat ideal. Agama menitik beratkan dalam
pembentukan moral dan spiritual sebuah masyarakat. Inilah dinamika agama
menurut islam. Jadi apa yang dianggap oleh filsuf barat adalah tidak lengkap
(bukan agama) menurut pandangan islam, ataupun islam bukan hanya sekedar agama
dalam pengertian filsuf barat yang sempit.
D. Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan Agama
1.
Perbedaan
Filsafat dan Ilmu
Filsafat dan ilmu adalah dua kata
yang saling memiliki keterkaiatan, baik substansial maupun historis. Karena
kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu
memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran
manusia dari pandangan mitosentris dan logosentris.
Perubahan mitosentris ke logosentris,
membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejala-gejalanya, yang
selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan yang
mendasar adalah ditemukannya hokum yang terjadi, baik dalam makrokosmos maupun
mikrokosmos. Dari penelitian makrokosmos (alam jagad raya) bermunculan ilmu
astronomi, fisika, kimia dan sebagainya. Sedangkan dari mikrokosmos
(jiwa/manusia) muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.
Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang
lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaanya.
Pada dasarnya ilmu dan filsafat
mempunyai dua objek, yaitu ; objek material dan objek formal. Objek material
adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyeledikan, seperti tubuh manusia
adalah objek material dalam ilmu kedokteran. Adapaun objek formal adalah metode
untuk memahami objek material tersebut. Sedangkan objek material dalam filsafat
adalah segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Adanya yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah
alam metafisika. Sebagian filsuf membagi objek material filsafat ada tiga,
yaitu ; a). yang ada dalam alam empiris, b). yang ada dalam pikiran, serta c).
yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formalnya adalah pandangan yang
bersifat menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada.
Cakupan objek filsafat lebih luas
dibandingkan dengan objek ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan
empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan non empiris. Secara
histori, ilmu berasal dari kajian filsafat, karena awalnya filsafatlah yang
melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara empiris, sistematis,
rasional dan logis termasuk hal yang empiris.
Oleh karena itu, filsafat oleh para
filsuf disebut sebagai induk ilmu (science mother). Sebab, dari filsafatlah
ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati
ilmu dan sekaligus buahnya. Bahkan dalam perkembangannya, filsafat tidak hanya
dipandang sebagai induk ilmu dan sumber ilmu, melainkan sudah menjadi bagian
dari ilmu itu sendiri yang juga mengalami spesialisasi.
2.
Perbedaan
Filsafat dan Agama
Ada dua perkataan yang sering
dipahami secara keliru, yaitu filsafat dan agama. Keduanya meliputi bidang yang
sama, yaitu pada bidang yang terpenting, yang menjadi persoalan hidup dan mati
dan bukan persoalan yang remeh.
Perbedaan filsafat dan agama terletak
bukan pada bidangnya, melainkan dalam cara kita menyelidiki bidang itu sendiri.
Filsafat berarti memikir sedangkan agama berarti mengabdikan diri, orang yang
belajar filsafat tidak saja mengetahui soal filsafat saja, melainkan lebih dari
itu mereka dapat berpikir. Begitu juga dengan orang yang belajar agama, tidak
hanya mengetahui pengetahuan agama, tetapi memerlukan cara bagaimana dapat
membiasakan diri dengan hidup beragama.
Seorang ahli agama, yang bernama
“William Temple”, berkata : “Filsafat itu telah menuntut pengetahuan untuk
memahami, sedangkan agama adalah menuntut pengetahuan untuk beribadat”. Ia juga
mengatakan ; “Pokok dari agama bukan pengetahuan tentang Tuhan, melainkan
hubungan antara seorang manusia (makhluk) dengan Tuhannya.
Pendapat lain juga diutarakan oleh
“C.S. Lewis”; dia menyatakan adanya perbedaan antara dua hal, yaitu enjoyment
dan contemplation. Untuk memahami dua kata tersebut ada salah satu contoh
sebagai berikut ; “Seorang laki-laki mencintai seorang wanita, rasa cinta
tersebut dinamakan enjoyment. Sedangkan memikirkan rasa cintanya dinamakan
contemplation”. Agama dapat dibandingkan dengan enjoyment tersebut, secara
kongkrit dapat disamakan dengan rasa cinta seseorang, sedangkan filsafat itu
adalah contemplation, yakni memikirkan yang dicintai tentang rasa cintanya
tersebut.
Suatu perbedaan yang lain adalah,
bahwa agama banyak berhubungan dengan hati, sementara filsafat banyak
berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang. Serta perbedaan yang lebih
jauh antara filsafat dengan agama ialah, bahwa filsafat walaupun tenang dalam
pekerjaannya, tetapi dapat mengeruhkan pikiran pemeluknya. Sedangkan dalam
agama, walaupun memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian
diri akan tetapi mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
Oleh karena itu, berfikir atau
berfilsafat adalah hal penting dalam mempelajari agama, karena manusia telah
banyak berpengalaman dan telah banyak melakukan kekeliruan dalam berpikir.
Maka, telah dapat pula mengadakan macam-macam cara atau metode untuk
menghindari diri dari kekeliruan-kekeliruan tersebut.
3.
Perbedaan
Ilmu dengan Agama
Agama dan ilmu dalam beberapa hal
berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan
moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cebderung eksklusif dan
subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal yang baru, tidak terlalu terikat
dengan etika, progresif, bersifat inklusif dan objektif. Kendati ilmu dan agama
berbeda, keduanya memiliki persamaan, yakni sama-sama bertujuan memberi
ketenangan dan kemudahan bagi manusia.
Agama memberi ketenangan dari segi
batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi
ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama mendorong
umatnya untuk menuntut ilmu, hamper semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk
menuntut ilmu sebanyak mungkin.
Agama dan ilmu juga memiliki kesamaan
lain, yakni sama-sama mendesai masa depan manusia. Desain agama lebih jauh dan
abstrak, sedangkan desain ilmu dan teknologi lebih pendek dan kongkrit.desain
agama untuk memberikan ketenangan hidup setelah hidup, dan ilmu mendesain untuk
hidup pada masa depan di dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian
Filsafat
Filsafat
adalah ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang menelaah
hal-hal yang mutlak yang tetap tidak berubah yang disebut hakekat.
2.
Pengertian
Ilmu
Ilmu adalah
pengetahuan yang bersifat empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan,
atau pengetahuan yang teratur dan lebih terspesialisaikan.
3.
Pengertian
Agama
Agama adalah
cara hidup, cara berpikir, berideologi dan bertindak untuk membentuk insane
kamil dan masyarakat yang ideal.
4.
Perbedaan
dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan Agama
a)
Perbedaan
Filsafat dan Ilmu
Perbedaan ini
terletak pada cakupan objek yang dibahas, ilmu mempunyai cakupan objek yang
relative sempit atau hanya berobjek pada hal yang bersifat empiris saja,
sedangkan filsafat mencakup keseluruhan yang empiris maupun non empiris
(bersifat luas).
b)
Perbedaan
Filsafat dengan Agama
Agama
diibaratkan rasa cinta yang dirasakan seseorang, sedangkan filsafat adalah
pemikiran rasa cinta pada hal-hal yang dicintainya.
c)
Perbedaan
Ilmu dengan Agama
Agama akan
memberikan ketenangan dari segi batin, karena ada janji kehidupan setelah mati,
sementara ilmu memberikan kemudahan ketenangan dan sekaligus kemudaan bagi
kehidupan yang akan dijalani (dimasa depan) manusia di dunia.
B. Saran
Dengan ucapan syukur Alhamdulillah
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan dan
kemudahan penulis dalam menyelesaikan makalah ini, walaupun jauh dari yang
diharapkan dan guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat di Institut Agama Islam
Sunan Giri (INSURI) Ponorogo Tahun 2011.
Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Sebagai hamba Allah yang lemah ini
menyadari dengan sepenuh hati bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
yang diinginkan, maka penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua khususnya penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar,
M.A, Prof. Dr. Amtsal. 2007. Filsafat
Ilmu. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hanafi,
M.A, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat
Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Rasjidi,
Prof. Dr. H. M. 1994. Filsafat Agama.
Jakarta : Bulan Bintang.
Surajiyo,
Drs. 2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi
Aksara.
Tim
Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gajad Mada. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty
Yogyakarta.