BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak
teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke-19 sampai sekarang. Pada awal abad ke-19 ini,
teori yang berkembang pesat dan banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi
adalah teori tingkah laku yang awal mulanya dikembangkan oleh psikologi Rusia
Ivan Pavlav, dengan teorinya yang dikenal dengan istilah classical conditioning dan kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli
psikologi lain, seperti : Edward Lee Thorndike, Burhus Frederic Skinner dan
Carlk Leonard Hull.
Berangkat
dari latar belakang di atas, kami akan mencoba membahas yang kami tuangkan
dalam sebuah tulisan yang berjudul “TEORI FUNGSIONALIS PRA-DOMINAN ; E.L.
THORNDIKE, B.F. SKINNER DAN C. LEONARD HULL”.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Teori Fungsionalis
Pra-dominan?
2.
Bagaimana Pemikiran tentang Teori Fungsionalis
Pra-dominan menurut Edward Lee Thorndike?
3.
Bagaimana Teori Belajar Burhus Frederic Skinner?
4.
Bagaimana Teorit Stimulus yang dikemukakan oleh
Clark Leonard Hull?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Fungsionalis Pra-dominan
Teori
fungsionalis adalah teori yang digunakan untuk mendeteksi dan menyelesaikan
masalah, yang ditekankan pada masalah tingkah laku (behaviorism) yang dipengaruhi oleh Darwin.
Dikatakan
pra-dominan karena teori ini tidak sekali dipakai dan dipatenkan, tapi terus
dikembangkan bahkan direvisi yang tidak selalu berpengaruh (dominan). Semua
teori mengutamakan kebenaran atas teori yang dilakukan, tetapi teori tersebut
yang tidak dominan karena sering direvisi.
B.
Pemikiran
Teori Fungsionalis Pra-Dominan menurut Edward Lee Thorndike
1.
Biografi Torndike
Thorndike
berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika.
Lulus S1 dari Universitas Wesleyan tahun 1895, gelar Master dari Harvard tahun
1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya
antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements
(1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921), Your City
(1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut E.L. Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika
belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium
yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam.
Menurutnya, dari berbagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan
sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan
keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu. Kemudian ia
menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan
dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu
stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya
belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena
itu, menurut Hudojo (dalam Asnaldi, 2008) teori Thorndike ini disebut teori
asosiasi.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
•
Law of Effect : artinya
bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan
Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek
yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus - Respons.
•
Law of Readiness artinya
bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.
•
Law of Exercise artinya
bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Hukum ini dapat juga diartikan,
suatu tindakan yang diikuti akibat yang menyenangkan, maka tindakan tersebut
cenderung akan diulangi pada waktu yang lain. Sebaliknya, suatu tindakan yang
diikuti akibat yang tidak menyenangkan, maka tindakan tersebut cenderung akan
tidak diulangi pada waktu yang lain. Dalam hal ini, tampak bahwa hukum akibat
tersebut ada hubungannya dengan pengaruh ganjaran dan hukuman. Ganjaran yang
diberikan guru kepada pekerjaan siswa (misalnya pujian guru terhadap siswa yang
dapat menyelesaikan soal matematika dengan baik) menyebabkan peserta didik
ingin terus melakukan kegiatan serupa. Sedangkan hukuman yang diberikan guru
atas pekerjaan siswa (misalnya celaan guru terhadap hasil pekerjaan matematika
siswa) menyebakan siswa tidak lagi mengulangi kesalahannya. Namun perlu
diingat, sering terjadi, bahwa hukuman yang diberikan guru atas pekerjaan siswa
justru membuat siswa menjadi malas belajar dan bahkan membenci pelajaran
matematika.
Selain hukum-hukum di atas,
Thorndike juga mengemukakan konsep transfer belajar yang disebutnya transfer of training. Konsep ini
maksudnya adalah penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk
menyelesaikan suatu masalah baru, karena di dalam setiap masalah, ada
unsur-unsur dalam masalah itu yang identik dengan unsur-unsur pengetahuan yang
telah dimiliki. Unsur-unsur yang identik itu saling berasosiasi sehingga
memungkinkan masalah yang dihadapi dapat diselesaikan. Unsur-unsur yang saling
berasosiasi itu membentuk satu ikatan sehingga menggambarkan suatu kemampuan.
Selanjutnya, setiap kemampuan harus dilatih secara efektif dan dikaitkan dengan
kemampuan lain. Misalnya, kemapuan melakukan operasi aritmetik (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang telah dimiliki siswa, haruslah
dilatih terus dengan mengerjakan soal-soal yang berikaitan dengan operasi
aritmetik. Dengan demikian kemampuan mengerjakan operasi aritmetika tersebut
menjadi mantap dalam pikiran siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa transfer
belajar dapat tercapai dengan sering melakukan latihan.
2.
Aplikasi
Teori Thorndike dalam dunia pendidikan dan pengajaran
Menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah dan praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Mengajar bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan. Mengajar yang baik adalah : tahu tujuan pendidikan, tahu apa yang hendak diajarkan artinya tahu materi apa yang harus diberikan, respons yang akan diharapkan dan tahu kapan “hadiah” selayaknya diberikan kepada peserta didik.
Menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah dan praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Mengajar bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan. Mengajar yang baik adalah : tahu tujuan pendidikan, tahu apa yang hendak diajarkan artinya tahu materi apa yang harus diberikan, respons yang akan diharapkan dan tahu kapan “hadiah” selayaknya diberikan kepada peserta didik.
Beberapa aturan yang dibuat
Thorndike berhubungan dengan pengajaran:
-
Perhatikan
situasi peserta didik
-
Perhatikan
respons yang diharapkan dari situasi tersebut
-
Ciptakan
hubungan respons tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi
dengan sendirinya
-
Situasi-situasi
yang sama jangan diindahkan sekiranya memutuskan hubungan tersebut
-
Buat
hubungan sedemikian rupa sehingga menghasilkan perbuatan nyata dari peserta
didik
-
Bila
hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan-hubungan lain yang
sejenis
-
Ciptakan
suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
C.
Teori Belajar
Burhus Frederic Skinner
Skinner memulai penemuan
teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam
kondisionning klasik hanya sebagian kecil dari prilaku yang bisa dipelajari.
Banyak prilaku manusia adalah operan, bukan responden. Konsioning klasik hanya
menjelaskan bagaimana prilaku yang ada dipasangkan dengan rangsangan yang baru,
yang mana dalam teoritersebut tidak menjelaskan bagaimana prilaku operan baru
tersebut dapat dicapai.
Dalam teori belajarnya
Skinner mendefinissikan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan prilaku.
Perubahan-perubahan prilaku yang telah dicapai dari hasil belajar tersebut
melalui beberapa penguatan-penguatan prilaku yang baru, yang disebut dengan
kondisioning operan (operan conditioning).
Secara konseptual Skinner
menyatakan bahwa prilaku dapat dianalogikan dengan sebuah sandwich, yang dapat
membawa dua pengaruh lingkungan terhadap prilaku. Yang pertama, disebut dengan anteseden
(peristiwa yang mendahului prilaku), dan yang kedua adalah konsekuen
(peristiwa yang mengikuti prilaku) yang mana hubungan tersebut dapat
ditunjukkan dengan rangkaian antecedents-behavior-consequences atau
A-B-C.
Dalam eksperimennya,
Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti, yang mana
peti tersebut berisi dua komponen yaitui manipulandum dan alat pemberi reinforcement
yang berupa wadah makanan. Adapun manipulandum adalah komponen yang dapat
dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement, yang terdiri atas
tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen ini
mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari,
mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya.
Tingkah laku tikus dapat disebut dengan “emmited behavior” (tingkah laku
yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa
memperdulikan stimulus. Adapun tingkah laku tikus (cakaran kaki, sentuhan
moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan
munculnya butir-butir makanan ke dalam wadah.
Teori belajar Skinner ini
tunduk pada dua hukum operan yang berbeda, yaitu:
1.
Law Operant Conditioning yaitu jika suatu tingkah
laku diiringgi dengan sebuah penguat maka tingkah laku tersebut akan meningkat.
2.
Law Extinction yaitu jika suatu tingkah laku diperkuat dsengan
stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringgi stimulus penguat, maka
tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah.
D. Konsep Teoritis Stimulus yang dikemukakan
Clark Leonard Hull
Clark L.
Hull mendasarkan teori belajarnya pada tingkah laku yang diselidiki dengan
hubungan perkuatan S- R. Metode yang digunakan merupakan metode matematika,
deduktif, dan dapat dites atau diuji. Teori dari Hull sebenarnya tidak jauh
beda dengan teori belajar lainnya. Beberapa persamaan teori belajar Hull dengan
teori belajar sebelumnya adalah sebagai berikut:
a)
Berdasarkan asosiasi S-R
b)
Berdasarkan cara melangsungkan hidup.
c)
Berdasarkan kebutuhan biologis dan pemenuhannya.
d)
Orientasinya kepada teori Pavlov.
Hull juga mengembangkan beberapa definisi,
antara lain:
1.
Kebutuhan (Need)
Kebutuhan merupakan keadaan organisme yang
menyimpang dari kondisi biologis optimum pada umumnya yang digunakan untuk
melangsungkan hidupnya. Jika kebutuhan tersebut timbul maka organisme akan
bertindak untuk memenuhi kebutuhannya, hal tersebut dinamakan mereduksi
kebutuhan dan teori belajarnya disebut teori reduksi kebutuhan atau need
reduction theory.
2.
Dorongan (Drive)
Kondisi
kekosongan ganda organisme sehingga mendorong untuk melakukan sesuatu. Istilah
lain dari dorongan adalah motif. Adakalanya seseorang merasa ingin melakukan
sesuatu namun orang tersebut tidak memiliki dorongan untuk melakukannya.
3.
Perkuatan (Reinforcement)
Sesuatu
yang dapat memperkuat hubungan S- R, dan respon terhadap stimulus tersebut
dapat mengurangi ketegangan kebutuhan. Perkuatan biasanya berupa hadiah.
Kebutuhan yang timbul akan menyebabkan terbentuknya
suatu perilaku yang akan mereduksi kebutuhan secara berangsur-angsur yang dapat
dipelajari responnya. Stimulus yang dapat menimbulkan respon adalah stimulus
yang mengenai saraf sensoris atau reseptor kemudian menimbulkan impuls yang
masukafferent, yaitu saraf gerak dan
dapat mengaktifkan otot- otot maskuler.
S dengan huruf besar merupakan stimulus dan obyeknya.
s dengan huruf kecil merupakan stimulus dalam organisme, stimulus yang sudah
berupa impuls. Impuls merupakan perangsang atau stimulus yang sudah ada dan
bekerja dalam saraf. Dalam teori kali ini yang akan kita pakai S dengan huruf
besar.
Hull membedakan tendensi untuk timbulnya R dan r. R
untuk respon yang nampak, faktual, dan r adalah predisposisi respon yang masih
dalam aktivitas saraf. r merupakan respon yang masih ada didalam organisme,
jadi tidak nampak, tapi mempengaruhi tingkah laku. Hull mengganti S- R menjadi
SHR, dimana H merupakan habit.
Hull membedakan antara learning dengan performance.
Tindakan dipengaruhi oleh banyak hal, tetapi belajar hanya dipengaruhi oleh
faktor jumlah waktu, respon khusus terjadi karena kontinu dengan perkuatan.
Menurut Hull tingkah laku bersumber pada kebutuhan yang merupakan tuntutan
hidup.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Teori fungsionalis adalah teori yang digunakan
untuk mendeteksi dan menyelesaikan masalah, yang ditekankan pada masalah
tingkah laku (behaviorism) yang
dipengaruhi oleh Darwin.
2. Menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah dan
praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Mengajar bukanlah
mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan. Mengajar yang baik adalah : tahu
tujuan pendidikan, tahu apa yang hendak diajarkan artinya tahu materi apa yang
harus diberikan, respons yang akan diharapkan dan tahu kapan “hadiah”
selayaknya diberikan kepada peserta didik.
3.
Dalam teori belajarnya Skinner mendefinissikan bahwa
belajar adalah sebuah proses perubahan prilaku. Perubahan-perubahan prilaku
yang telah dicapai dari hasil belajar tersebut melalui beberapa
penguatan-penguatan prilaku yang baru, yang disebut dengan kondisioning operan
(operan conditioning).
Secara konseptual Skinner menyatakan bahwa
prilaku dapat dianalogikan dengan sebuah sandwich, yang dapat membawa dua
pengaruh lingkungan terhadap prilaku. Yang pertama, disebut dengan anteseden
(peristiwa yang mendahului prilaku), dan yang kedua adalah konsekuen
(peristiwa yang mengikuti prilaku) yang mana hubungan tersebut dapat
ditunjukkan dengan rangkaian antecedents-behavior-consequences atau
A-B-C.
4. Clark L.
Hull mendasarkan teori belajarnya pada tingkah laku yang diselidiki dengan
hubungan perkuatan S- R. Metode yang digunakan merupakan metode matematika,
deduktif, dan dapat dites atau diuji. Teori dari Hull sebenarnya tidak jauh
beda dengan teori belajar lainnya.
B.
Saran
Dengan ucapan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberi kesempatan dan kemudahan penulis dalam menyelesaikan makalah
ini, walaupun jauh dari yang diharapkan dan guna memenuhi tugas mata kuliah Model
& Strategi Pembelajaran di Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI)
Ponorogo Tahun 2011.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Sebagai hamba Allah yang lemah ini menyadari dengan sepenuh hati bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diinginkan, maka penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis.
DAFTAR PUSTAKA
B.F. Skinner and radical
behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Degeng, I Nyoman Sudana.
1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wuryani Djiwandoso, Sri
Esti. 1989. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar